31 Desember 2009

Renungan

'mintalah fatwa dalam hatimu. kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula dalam hati. dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati meski orang-orang memberimu fatwa kepadamu dan orang-orang membenarkannya'(HR.MUSLIM)

3 Desember 2009

MENJAUHI 7 PERKARA

Sesungguhnya Islam itu indah dan sangat menjaga penganutnya. lihatlah dalam dalam sebuah hadits Rasululullah SAW
"Jauhilah tujuh (7) perkara yang bisa membawa kehancuran, "para sahabat bertanya "Apakah ketujuh perkara itu ya Rasulullah SAW?", Beliau menjawab "yaitu : syirik kepada Allah SWT, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah SWT kecuali sebab yang dibenarkan agama, memakan riba, memakan harta anak yatim, membelot dalam peperangan dan melontarkan tuduhan zina kepada wanita mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa dan tidak tahu menahu tentangnya" (H.R. Bukhari dan Muslim)

22 November 2009

Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan


Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.

Sebagai contoh ayat di bawah:

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al Anbiyaa:30]

Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori Big Bang dan teori ilmiyah lainnya menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.

Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)

Langit yang mengembang (Expanding Universe)

Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al Qur’an, 51:47)

Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Menurut Stephen Hawkings dengan teori Big Bang, sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Teori lain seperti Inflationary juga berpendapat jagad raya terus berkembang. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus “mengembang”.

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi.

Gunung yang Bergerak

“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” [QS 27:88]

14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu bergerak.

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al Qur’an, 15:22)

Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia

“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Diselamatkannya Jasad Fir’aun

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu” [QS 10:92]

Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II Dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.

Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut (selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid, yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun 1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).

Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan

Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa Siin 36:36]

Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan dengan Sains masa ini.

Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:

“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”

Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.

Tulisan di atas hanyalah sebagian kecil dari keajaiban Al Qur’an yang ada dan ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan modern. Bagi yang ingin tahu lebih banyak silahkan baca buku referensi di bawah.

Jelas Al Qur’an itu benar dan tak ada keraguan di dalamnya.

”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]

Jika agama lain bisa punya lebih dari 4 versi kitab suci yang berbeda satu dengan lainnya, maka Al Qur’an hanya ada satu dan tak ada pertentangan di dalamnya:

”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” [An Nisaa’:82]


Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang bisa dihafal jutaan manusia (Hafidz/penghafal Al Qur’an) sehingga keaslian/kesuciannya selalu terjaga.

Pentingnya Ilmu Dalam Beramal


Pentingnya Ilmu Dalam Beramal .“Rasulullah Saw pernah mengingatkan perihal perilaku tercela melalui hadisnya yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari. Beliau Saw bertanya pada para sahabat tahukah kalian siapa yang disebut dengan Muflis atau orang bangkrut itu ?. Para sahabat menjawab, mereka adalah yang tidak berharta. Rasulullah Saw meluruskan jawaban itu dan bersabda. “Orang-orang yang bangrut dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala seperti pahala shalat, puasa, zakat dsb, tetapi ia juga datang dengan membawa dosa-dosa karena ia menyimpan berbagai macam sifat dan perilaku tercela, menghina orang lain, memakan harta orang lain secara bathil, menuduh negatif orang lain, mengalirkan darah dan perilaku negatif lainya. Lantas segala pahala kebaikan yang ia miliki akan dialihkan pada mereka yang pernah ia sakiti. Bila pahalanya telah habis dan kesalahannnya masih menumpuk, maka dosa orang-orang yang ia salahi akan di bebankan padanya.Hingga akhirnya ia di lemparkan kedalam neraka jahanam”. ( HR Muslim ).

Jelas akan sia-sia sekali kita beramal ibadah, sementara sifat dan perilaku tercela masih juga di pelihara dalam diri, dan hal ini disebabkan oleh kurangnya ilmu dalam beramal khususnya ilmu yang berhubungan dengan apa yang sedang kita lakukan dalam proses ibadah tsb. Ilmu dan amal adalah dua komponen yang harus berlandaskan pada keinginan untuk merealisasikan amaliah, ilmu dan amal tidak bisa di pisahkan, kehilangan salah satu dari keduanya akan menimbulkan kesalahan demi kesalahan bahkan kesesatan. Tentang urgentnya ilmu ini Rasulullah pernah bersabda “ Siapa yang menghendaki kebahagiaan hidup dunia, harus dengan ilmu, dan siapa yang menghendaki kebahagian akhirat harus dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya ( dunia&akhirat ) juga harus dengan ilmu”. ( HR Tabrani ). Dari uraian hadis Rasulullah Saw diatas tidak bisa di bantah lagi kalau setiap diri menginginkan yang namanya kebahagiaan, kesenangan, keharmonisan dsb, jalan satu-satunya yang harus di tempuh adalah dengan mempelajari, memahami akan ilmunya. Karena ilmu pengetahuan duniawi maupun ukhrawi memiliki peranan yang sangat penting didalam mewujudkan kedua keinginan tersebut di atas. Bahkan Allah Swt pun menempatkan orang yang berilmu beriman dan beramal saleh sesuai dengan ilmunya pada derajad yang paling tinggi. Jelasnya, Allah yang memiliki segala sesuatu dan maha pemberi pasti memuliakan derajat orang-orang yang didalam dirinya terdapat tiga hal yaitu : keimanan yang kokoh, ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan selalu melakukan amal shaleh, sabar, ikhlas dan selalu bertawakal pada-Nya. Ilmu adalah landasan iman, hakekat pencarian ilmu pengetahuan pada diri manusia sesungguhnya adalah dalam rangka mengenal Allah Swt dengan segala konsekuensinya ( tauhidullah )

Beramal tanpa ilmu jelas sangat tidak rasional bagaikan kapal yang di ombang-ambingkan gelombang di tengah samudra luas sementara keinginan untuk cepat sampai ke daratan sangatlah tinggi. Maka, hanya mukzizat Allahlah yang paling berperan ketika itu. Begitu juga di dalam kehidupan ini, ibadah bukan hanya sekedar berdiri, rukuk ataupun sujud dalam shalat saja. Namun, setiap diri akan dituntut untuk melaksanakan apa sesungguhnya hikmah di balik perintah shalat itu, begitu juga ibadah-ibadah lainya selain menunaikanya dengan ikhlas perealisasian dari hikmah yang terkandung di dalamya harus menjadi prioritas utama dan tidak bisa di kesampingkan sama sekali. Jelasnya, raihlah keingginan dunia dan akhirat itu sebanyak-banyaknya dan imbangi ilmu itu dengan amaliah ikhlas dan penuh kekhusyukkan. Intinya manusia dapat menilai dan melakukan sesuatu dengan cermat dan hati-hati dan tidak ada kebajikan dalam ibadah kecuali diiringi dengan tafakur, tawakal, doa dan perbuatan makruf lainya. Demikian pula didalam menunaikan ibadah-ibadah yang di wajibkan oleh agama, semuanya harus diiringi dengan ilmu dan pemikiran, yaitu memperhatikan dengan cermat dan penuh kehati-hatian segala tingkah laku kita dari awal hingga akhir ibadah tsb.

Orang yang selalu mengunakan ilmu dan pemikiran ( inteligensi ) akan menghasilkan ladang amal dan akan selalu menjaga amalanya itu dari perbuatan-perbuatan tercela dalam hidup bersosialisasi dengan masyarakatnya. Sedangkan seseorang yang beramal tanpa di landasi ilmu dan pemikiran, jelas akan di ombang-ambingkan oleh hawa nafsu sehingga akan melahirkan kerugian dan kesia-siaan dalam amaliah tersebut. Amal tampa ilmu akan rapuh ibarat, orang yang perutnya kosong dari bacaan Al Quran, karena itu bentengilah amal ibadah kita dengan lebih memperkaya laki ilmu pengetahuan khususnya tentang keagamaan dari berbagai sumber seperti sering membaca buku-buku masalah akhirat, mendengarkan ceramah para ustad, dai dan membuang segala hal yang akan membuat amal ibadah kita tadi tidak bernilai di mata Allah Swt. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, menganjurkan setiap pemeluknya untuk saling beriteraksi, kasih-mengasihi, menjaga persatuan dan kesatuan di antara masyarakat tampa melihat perbedaan, selagi perbedaan tersebut tidak merendahkan atau menghina nilai-nilai keislaman itu sendiri. Begitu juga di dalam menunaikan perintah yang telah di tetapkan syariat islam baik secara umum maupun khusus, sangat perlu sekali kita ketahui tentang rongrongan yang terus dilakukan Iblis dan Syaitan laknatulah. Dua makhluk laknatullah ini akan terus bekerja keras atas perintah hawa nafsu, masuk secepat kilat kedalam pikiran dan hati manusia agar menjadi sesat dan selalu menimbulkan perbuatan-perbuatan tercela yang akan mengugurkan amal ibadah kita.

Sifat tercela yang di latar belakangi oleh prilaku iblis dan syaitan, selain hasad, iri dan dengki adalah perbuatan ghibah atau sering kita istilahkan dengan menggunjing adalah suatu perangai yang sangat di benci oleh Allah, karena orang yang suka menggunjing suka membicarakan aib atau cela, keburukan orang lain dan diceritakan pula kepada orang lain. Hukum perbuatan ghibah / menggunjing ini termasuk dosa besar karena itu sangat di larang keras dalam islam, hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalan Qs Al Hujarat-12 “ Hai orang-orang yang beiman jauhilah kebanyakan dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati ?. Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah pada Allah sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang”. Ayat Al Quran di atas juga di dukung sepenuhnya oleh hadis Rasulullah Saw “ Dari Abu Darda Nabi Muhammad Saw bersabda barang siapa mencemarkan kehormatan saudaranya, maka Allah akan mencampakan kehormatan dirinya, maka Allah akan mencampakan api neraka melalui mukanya nanti pada hari kiamat’.( HR Tarmuzi ). Dua petunjuk yang di turunkan Allah di atas seharusnya / hendaknya menjadikan diri kita lebih berhati-hati lagi dalam berkata-kata dan berbuat dengan terus mengevaluasi / mengintrospeksi diri agar apa yang kita berikan untuk Allah melalui amal ibadah yang murni jauh dari sifat ria tidak ternoda oleh perilaku-perilaku tercela lainya seperti menggunjing, mengadu domba, menyebar fitnah, hasad, iri, dengki, suka merendahkan orang lain, berlaku sombong dsb, yang kesemuanya itu akan mengurangi bahkan menghilangkan nilai abadah kita.

Mari, mulai hari ini kita sama-sama mencoba lagi mempertanyakan diri kita sendiri secara jujur masih melekatkah perilaku tercela di dalam diri kita ?. Menjawabnya tentu memerlukan ilmu khususnya ilmu agama yang harus selalu di jalankan dengan sebaik-baiknya didalam mengarungi liki-liku kehidupan ini, itulah yang dituntut sepenuhnya oleh islam. Banyak sudah kita perhatikan apa jadinya seseorang yang beramal tampa memiliki ilmu tentang amalan tsb. Shalat yang pelaksanaannya yang terkesan asal-asalan, krasak-krusuk bahkan suka malalaikan waktunya, bersedekah yang sering di sebut-sebut atau ria, ibadat taat gunjing, gibah, adu domba jalan terus, doa makin meningkat, mengupat, mencaci-maki tidak juga bisa dihentikan dsb. Kata Nabi Saw itulah salah satu gambaran dari orang-orang yang tidak memiliki ilmu dalam beramal, sehingga fungsi agama yang sesungguhnya yaitu sebagai pengendali jasmani dan rohani agar tidak kacau dan amburadul, tidak melekat sedikitpun dalam keseharianya. Pada hakekatnya kehancuran islam bukan disebabkan kuatnya musuh-musuh islam, tapi lebih disebabkan lemahnya ketahanan internal umat islam itu sendiri. Jika, umat islam memiliki pemahaman ilmu pengetahuan yang tinggi baik dunia maupun akhirat, memiliki benteng iman yang kokoh. Maka, serangan dalam bentuk apapun dan sedahsyat apapun tidak akan mudah menjungkirbalikan posisi umat. Jadi, sudah seharusnya kita sebagai umat islam agar terus memperkokoh benteng keimanan kita dengan akidah dan pemahaman ilmu tentang islam dengan benar, sungguh-sungguh kembali pada Al Quran dan Sunah Saw. Semoga yang maha kuasa melimpahkan ilmu yang bermanfaat didalam usaha menambah khazanah keimanan kita pada-Nya. Berbagai Sumber. A’llam [ Terbit Pada Harian Haluan, Pada Tanggal 23 Juni 2006 ]